Asam karboksilat dapat larut di air karena ia dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.

Senyawa A memiliki rumus molekul yang sama dengan asam propanoat $\left(\mbox{C}_{3}\mbox{H}_{6}\mbox{O}_{2}\right).$

Semakin banyak gugus penarik elektron maka kecenderungan atom $\mbox{O}$ pada gugus $\mbox{-OH}$ milik karboksilat untuk menarik elektron dari H akan semakin besar sehingga keasaman semakin tinggi karena lebih mudah melepas $\mbox{H}^{+}$.

Reaksi ini akan menghasilkan ester, dimana spesi fenil yang terikat pada alkohol akan masuk sebagai gugus metoksi pada ester, menghasilkan $\mbox{C}_{6}\mbox{H}_{5}\mbox{CH}_{2}\mbox{OCOCH}_{3}$.

Pada reaksi esterifikasi, kita memerlukan asam sulfat pekat sebagai katalis dan reagen asam etanoat dan etanol.

Semakin kuat gugus penarik elektron, maka semakin besar kecenderungan untuk melepaskan hidrogen, yang juga berarti bahwa pKa semakin rendah. Pada satu golongan, dari atas ke bawah elektronegativitas suatu unsur semakin berkurang, berarti diantara pilihan atom F lah yang memiliki elektronegativitas terbesar dan membuat keasaman gugus karboksilat semakin tinggi.

Dengan mereaksikan asam karboksilat dengan $\mbox{PCl}_{5}$ maka kita akan mendapatkan asil klorida yang lebih reaktif dan dapat menghasilkan ester lebih banyak karena terjadi reaksi 1 arah dengan alkohol.

Bila disusun berdasarkan turunnya pKa, maka kita susun dari senyawa dengan keasaman yang paling rendah ke paling tinggi. Maka D lah pilihan yang paling tepat.

Pada hidrolisis suatu nitril, gugus -CN akan berubah menjadi -COOH, maka kita pilih alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama, sehingga didapat B sebagai pilihan yang paling tepat.

Agar dapat membentuk polimer dengan diol tentunya senyawa ini harus mempunyai 2 gugus karboksilat sehingga dapat membentuk ikatan ester pada kedua ujungnya.

Titik didih asam karboksilat juga dipengaruhi oleh kekuatan gaya van der Waals nya. Sementara kelarutannya di dalam air hanya dipengaruhi oleh ikatan hidrogen yang terbentuk antara senyawa ini dengan molekul air. Semakin panjang rantai karbonnya maka semakin kuat gaya van der Waals antar molekul asam karboksilat yang membuat mereka cenderung melakukan agregasi (berkumpul) dan mengurangi kelarutannya di dalam air.

Asam benzoat akan memiliki kepolaran paling rendah karena terjadinya delokalisasi elektron pada cincin benzena yang mengurangi kemungkinan terbentuknya dipol seperti digambarkan berikut ini:

Ester fenat (mengandung gugus fenil) tidak dapat dibuat dari reaksi esterifikasi biasa antara asam karboksilat dan fenol karena diperlukan senyawa yang lebih reaktif untuk bereaksi dengan fenol. Karena dalam mekanisme reaksinya, dibutuhkan serangan dari pasangan elektron bebas gugus -OH alkohol, sementara pada fenol adanya cincin benzena menyebabkan PEB dapat mengalami delokalisasi dan menyulitkan terjadinya reaksi. Maka kita perlu mengubah asam karboksilat menjadi asil klorida terlebih dulu agar pembentukan ester dapat terjadi.

Senyawa A (etanoil klorida) adalah yang paling mudah terhidrolisis dan melepaskan ion $\mbox{Cl}^{-}$ (yang akan bereaksi dengan $\mbox{Ag}^{+}$ dari $\mbox{AgNO}_{3}$ membentuk endapan putih $\mbox{AgCl}$), diikuti oleh senyawa C (kloroetana) sementara senyawa B (klorobenzena) tidak dapat terhidrolisis sama sekali karena ikatan $\mbox{C-Cl}$ nya diperkuat oleh overlap orbital pi pada cincin benzena.

Senyawa B adalah asam kloroetanoat dan senyawa C adalah etanoil klorida. Maka bila dilarutkan di dalam air senyawa C lah yang akan memiliki pH paling rendah karena terjadi hidrolisis membentuk HCl, suatu asam kuat, C di dalam beaker 1. Kloroetanoat (B) tentu lebih asam dibanding asam etanoat (A) karena efek gugus penarik elektron, sehingga B di dalam beaker 3. Pilihan D lah yang tepat.